Babi Gadis

Oleh: Dahlan Iskan

 

DI HARI ke-9, kemarin, jantung babi itu masih seperti penyanyi rock. Prof Bartley Griffith yang mengatakan itu. “Jantung babi itu masih bekerja sangat baik di tubuh pasien,” ujar ahli bedah jantung dari University of Maryland Medical Center, Amerika, itu. Prof Griffith-lah yang melakukan transplantasi jantung babi ke manusia 7 Januari lalu. Berpartner dengan Profesor Mohammad Mohiuddin asal Pakistan. Dunia menyambut si Penyanyi Rock dengan gegap gempita –disamakan dengan capaian saat awal manusia bisa mendarat di bulan. David Benneth, 57 tahun, si penerima jantung babi, ikut jadi pahlawan ilmu pengetahuan. Tapi ada satu wanita yang ngomel-ngomel: Leslie Shumaker Downey. “David Benneth tidak layak dipahlawankan,” katanyi pada The Washington Post kemarin. Si David ternyata pernah masuk penjara. Ia menikam berkali-kali adik laki-laki Leslie: Edward Shumaker. Sampai hampir mati. Kritis. Sampai tidak bisa sembuh total. Cacat seumur hidup. Hanya bisa bergerak dengan kursi roda –sampai meninggalnya.
“David tidak layak menerima fasilitas transplantasi itu. Harusnya biar saja ia meninggal. Ada orang lain yang lebih berhak menerima jantung babi itu,” tambah Leslie. Peristiwa penikaman itu terjadi 23 tahun yang lalu. Di sebuah bar di Maryland. Saat itu David berumur 23 tahun. Shumaker berumur 22 tahun. David datang ke bar membawa senjata tajam. Disembunyikan di balik baju. Ia langsung ke meja biliar yang lagi ramai. Ia lihat pacarnya, Norma Jean, lagi dipangku Shumaker. Ketika pasangan itu lagi ngobrol dan minum bir David menikamkan pisaunya berkali-kali. Belakangan diketahui: 9 kali. Punggung dan sekitar dada Shumaker robek-robek. Darah muncrat dan mengenang di lantai. Gempar. David ditangkap. Diadili. Dijatuhi hukuman 10 tahun. “Ia hanya menjalani hukuman 5 tahun,” ujar Leslie. “Harusnya ia dijatuhi hukuman mati. Adik saya kan akhirnya mati akibat peristiwa itu,” tambahnyi. Shumaker meninggal 19 tahun lalu akibat stroke. Shumaker sial. Sekali mangku gadis tidak pernah mengawini wanita.
David akhirnya kawin dengan Jean –tapi kelihatannya tidak sampai panjang. Selama persiapan transplantasi itu hanya ada anak laki-lakinya dan adik perempuannya. Leslie buka-bukaan ke Washington Post. Koran-koran kuning Inggris menjadikannya laporan utama. Shumaker, kata Leslie, juga menggugat David atas penikaman itu. Shumaker menang. Pengadilan menjatuhkan hukuman perdata: David harus membayar ganti rugi USD 3,4 juta ke Shumaker. Itu sekitar Rp 50 miliar. Tapi, menurut Leslie, adiknya tidak pernah menerima apa-apa. Sampai meninggalnya. “David licik. Asetnya diatasnamakan istrinya semua,” tuduhnyi. David sendiri, setelah keluar penjara, bekerja sebagai tukang serabutan. Utamanya memperbaiki kerusakan kolam renang. Sampailah tahun lalu. Dadanya nyesek. Napasnya tersengal. Untuk naik tiga anak tangga saja tidak kuat. Jantungnya bermasalah berat. Seorang yang sakit jantung biasanya terkait dengan darah tinggi. Berarti harus rutin minum obat pengencer darah –dikombinasikan dengan obat penurun tekanan darah. Itu tidak bisa ditawar. Harus rutin. Tiap hari. Tidak boleh berhenti pun satu hari. David diketahui pernah tidak mengambil obat dari resep yang sudah diberikan dokter. Juga pernah tidak kontrol di hari yang sudah dibuatkan janji. Jantungnya parah. Sampai pada tahap tidak bisa diselamatkan. Ia tidak berhak didahulukan dalam antrean –karena tidak disiplin itu. Mungkin –baru sekarang ketahuan– juga karena perbuatan kriminalnya tadi. Tapi dokter tidak boleh mengaitkan antara catatan kriminal pasien dengan penyelamatan nyawa. “Kami tidak tahu kalau ada peristiwa itu. Itu bukan wilayah kami,” ujar pihak rumah sakit. Sudah betul. Memang harus begitu.
Kemarin David sudah mulai bisa bicara –meski baru berbisik. Sebagian alat bantu sudah dilepas. Tapi untuk bisa lepas semuanya masih perlu waktu dua-tiga minggu lagi. Yang jelas jantung babi itu sudah bisa sinkron dengan tubuh David. Sudah berfungsi dengan baik. Sangat baik. “Memuaskan,” kata Prof Griffith. Berarti editing jantung babi berumur 1 tahun itu berhasil. Ada enam unsur gen manusia yang dimasukkan ke dalam jantung babi itu. Lalu ada empat unsur gen babi yang dibuang. Jantung babi yang sudah di-edit itu ternyata begitu cocok dipakai manusia. Saya mulai berpikir: karena sebagian unsur babinya sudah dibuang, apakah itu masih bisa disebut jantung babi –kabuuuur.
Saya belum mendapat kepastian: apakah editing itu sekalian untuk mengatasi aspek rejection. Literatur kedokteran menyebut: semua barang dari luar tubuh dianggap benda asing yang harus ditolak oleh tubuh. Termasuk slilit gigi, tlusup, jantung babi David, dan hati orang Tiongkok yang sedang saya pakai sekarang ini.
Maka orang yang menjalani transplantasi harus menurunkan imunitas –dengan cara minum obat imonosupression setiap hari.
Jangan-jangan editing jantung babi di Amerika tersebut sudah sekalian mengatasi rejection itu –tanpa harus minum obat lagi seperti saya. Mestinya begitu. Setidaknya begitulah harapan saya.
Editing itu dilakukan di peternakan babi, oleh perusahaan yang akan memproduksi jantung babi-edit-an. Anda bisa memesan jantung itu kelak. Setetelah resmi diizinkan. Kini belum diizinkan. Ganti jantung babi itu masih menggugakan izin ”welas asih” dari BPOM-nya Amerika, FDA. Bukan ”izin darurat” seperti penggunaan vaksin. Jangan-jangan BPOM juga bisa punya jenis ”izin welas asih’ seperti itu untuk VakNus. Atau tidak –karena VakNus untuk masyarakat luas.
David masih harus menunggu sekitar satu bulan lagi untuk dianggap benar-benar sukses. Ancaman yang masih mungkin terjadi bukan lagi rejection. Tapi infeksi. Konsentrasi dokter untuk David sudah pindah ke ”jangan sampai kena infeksi”.
Saya pun ingat. Dokter yang melakukan transplantasi hati saya pernah mengatakan: operasinya sendiri boleh dibilang 99,99 persen akan sukses. Kuncinya setelah operasi itu: infeksi.
Tapi transplantasi jantung babi ke manusia tentu beda. Belum pernah terjadi –kecuali yang di Assam, India itu.
David tahu risiko menjadi yang pertama itu. Ia, ketika memutuskan ok, mengatakan begini: “Meski ini seperti menembak dalam gelap, siapa tahu kena”.

 

(Dahlan Iskan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *