KOTA BANJAR – Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata – Eksplorasi Potensi Desa, (KKN-EPD) Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Bina Putera Banjar, menyelenggarakan Festival Kaulinan Barudak, yang berlangsung meriah pada minggu (23/7).
Kegiatan tersebut memperkenalkan kembali permainan anak-anak zaman dulu ketika teknologi belum menghiasi kehidupan sehari-hari.
Suasana ceria dan riang memenuhi area Situ Leutik Desa Cibeureum sejak pagi hari. Puluhan wajah anak-anak dengan beragam usia berhamburan ke lokasi festival, memancarkan semangat kegembiraan dan antusiasme.
Dalam festival ini, mahasiswa KKN-EPD berkolaborasi dengan warga desa untuk menghidupkan kembali permainan tradisional yang mungkin telah terlupakan oleh anak-anak masa kini.
Lapangan terbuka di tengah desa dipenuhi dengan hiruk pikuk kegembiraan. Beberapa anak tampak melepas sandalnya bermain pecle. Mereka bergembira melompat-lompat di atas garis kotak-kotak, menunjukkan keterampilan dan ketangkasan mereka. Permainan yang sudah langka ini kembali menemukan tempatnya di hati anak-anak, mengajarkan nilai keberanian dan kepercayaan diri.
Di sudut lain, anak-anak berjejer mengikuti permainan oray-orayan, sebuah permainan ringan yang menguji kecepatan dan ketepatan dalam mengikuti ritme irama lagu yang ditentukan. Tawa dan sorak sorai mereka menggema di antara rumah-rumah panggung di Situ Leutik Desa Cibeureum Kota Banjar.
Alan Nur Fauzi Ketua KKN-EPD Desa Cibeureum menyampaikan kegiatan diharapkan bisa menumbuhkan kembali suasana pedesaan yang ramah dan hangat di tengah derasnya perkembangan teknologi.
“Festival Kaulinan Barudak ini merupakan ajang berkumpul anak-anak desa sambil bermain permainan tradisional, harapan dari kegiatan ini adalah untuk menghidupkan suasana pedesaan yang ramah dan hangat di tengah himpitan permainan berbasis teknologi”, ujar Alan.
Tak jauh dari situ, terdengar dentingan Angklung yang ditiup semarak oleh anak-anak lainnya. Mereka bergabung dalam kelompok karawitan yang dibentuk secara spontan, menghasilkan harmoni yang menggetarkan jiwa.
Permainan musik tradisional ini tak hanya memperkuat kecintaan mereka terhadap budaya leluhur, tetapi juga memberi kesempatan bagi bakat musik mereka untuk bersinar.
Tidak ketinggalan, ada pula permainan Perepet Jengkol yang mengasah strategi dan konsentrasi. Anak-anak berdiri saling membelakangi satu sama lain dengan posisi kaki yang saling berantai mengikat bertumpang pada kaki rekannya, anak-anak senang bermain sambil berinteraksi dengan teman sebayanya. Senyuman dan keceriaan nampak dari wajah-wajah mereka yang tak terpisahkan dari layar gadget.
Selain permainan tradisional, ada pula sudut kreativitas yang menawarkan kesempatan bagi anak-anak untuk menggambar, mewarnai, dan membuat kerajinan tangan. Hasil karya mereka dipamerkan dengan bangga, menunjukkan potensi kreativitas yang tak terbatas dalam diri setiap anak.
Tofan Ibrahim, S.IP., M.Si selaku Dosen Pembimbing Lapangan menyampaikan kegiatan mengajarkan anak berbagai hal mulai dari kebersamaan, kejujuran, dan semangat pantang menyerah.
“Festival Kaulinan Barudak di Desa Cibeureum telah memberikan pengalaman tak terlupakan bagi anak-anak. Mereka diajak untuk melebur dengan riwayat permainan anak tanpa teknologi yang mengajarkan banyak hal berharga, seperti kebersamaan, kejujuran, dan semangat pantang menyerah.”, ujar Tofan.
Melalui upaya yang lugas ini, para mahasiswa KKN-EPD STISIP Bina Putera Banjar dan warga desa telah berhasil menghidupkan kembali semangat bermain dan belajar yang tak lekang oleh zaman. Festival ini menjadi tonggak bersejarah yang mengingatkan kita akan keindahan masa lalu dan mengajarkan bahwa tradisi adalah harta tak ternilai yang harus dilestarikan dengan penuh cinta dan kepedulian.*** (SKR)